Si Bayi bisa juga marah jika kebutuhannya tidak Mama penuhi. Nah, apakah bayi yang suka marah akan menjadi pemarah seumur hidupnya?

Menurut Romeo Vitteli, Ph.D, psikolog dari Toronto, Kanada, bayi berumur dua bulan sudah bisa mengamuk. Bayi marah karena komunikasinya dengan orang dewasa tidak lancar dan kebutuhannya tidak terpenuhi. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim dari Universitas Wisconsin, menemukan bahwa bayi sudah bisa menunjukkan emosinya dengan tepat di usia enam bulan.

Bayi perempuan ditemukan bisa lebih menahan emosinya dibandingkan bayi laki-laki. Mereka menunjukkan emosi lewat ekspresi wajah, suara, dan perbuatan. Kalau marah, mereka akan menangis kencang, sebagian bayi akan menendang-nendang atau menolak dipegang, dan ekspresi marah mereka akan terlihat.

Penelitian kemudian menemukan hubungan antara emosi berlebihan dengan kedekatan antara Si Bayi dan orangtuanya. Marah, jika tidak ditangani dengan tepat bisa menjadi sifat yang terbawa hingga dewasa.

Jadi , ini 6 cara agar Mama bisa menenangkan kemarahan Si Kecil.

1. Beri kata-kata lembut

Situs Whattoexpect.com menjelaskan meskipun bayi Mama belum bisa bicara, Mama bisa menenangkannya dengan kata-kata lembut yang menjelaskan situasi yang harus dihadapinya.

Misalnya, ketika Si Kecil mengamuk ketika didudukan di car seat, Mama bisa bilang, “Mama bisa mengerti kamu enggak suka ya duduk di sini? Tapi, duduk sebentar ya, sampai kita tiba di tujuan.”

Kebiasaan menenangkan marah Si Kecil dengan kata-kata lembut akan mengajari mereka cara menghadapi kemarahan orang lain kelak.

2. Alihkan perhatiannya

Mama pasti sudah bisa menebak hal-hal apa yang akan membuat Si Kecil frustrasi. Misalnya, ia tidak suka duduk di car seat, maka alihkan perhatiannya sebelum Mama menaruhnya di situ.

Berikan mainan yang tidak akan ditolak Si Kecil setiap kali Mama menaikkannya ke car seat. Mainan itu hanya diberikan saat Si Kecil duduk di situ untuk mengalihkan rasa tidak nyamannya saat duduk dengan gerak terbatas di dalam mobil.

3. Tanggapi kebutuhannya

Bayi akan merasa sangat marah jika kebutuhannya tidak terpenuhi.

Mereka memakai tangisan sebagai bentuk komunikasi dan Mama harus pintar menerjemahkan tangisannya itu.

Segera beri reaksi jika ia menangis dan butuh bantuan Mama. Hmmm, mana enak kan kalau tidur dengan popok basah atau perut yang keroncongan.

4. Cegah masalah

Jika lapar atau lelah, sudah pasti Si Kecil akan “berteriak”. Untuk menghindari bayi mengamuk kelaparan, pastikan perutnya selalu kenyang.

Namun, jika ia mengamuk karena Mama melarangnya menggigiti baterai, segera singkirkan benda itu dari hadapannya, alihkan perhatiaannya sambil Mama bisikan, “gigit biskuitmu saja ya. Yang ini enak, yang itu berbahaya dimakan.”

5. Pelajari ekspresinya

Bayi yang terlalu lelah atau kebanyakan mendapat stimulasi pasti akan rewel. Jika tidak segera ditangani, rewel akan berubah menjadi amukan parah.

Nah, sebenarnya, sebelum bayi mengamuk, ia akan memberikan tanda. Misalnya wajah yang kelihatan bosan, mulai menggosok-gosok hidungnya, atau menolak memegang mainannya.

Jika Mama melihat tanda-tanda badai akan hadir, segera tenangkan Si Bayi.

Singkirkan semua mainan, bawa ia ke tempat tenang, misalnya ke bouncy chair-nya, melihat pemandangan dari balik jendela, atau mendengar lagu-lagu lembut.

6. Fokus pada hal positif

Berteriak atau membalas kemarahan Si Kecil dengan desahan gusar, justru akan membentuk Si Kecil menjadi pribadi seperti Mama.

Jadi, tetaplah bersikap positif.

Berikan pujian meski singkat, jika Si Kecil berhasil menghadapi tantangan yang Mama berikan. Misalnya, “Mama senang kamu bisa duduk tenang. Sudah sampai, mari turun dari mobil.”

Kalau punya Mama semanis ini, mana bisa Si Kecil marah. Ya, kan?

 

Source : popmama.com / Google
Author

Write A Comment

%d bloggers like this: